Journalistimes.com – Kepala Dinas Pertanian Labuhanbatu Utara, Drh. Sudarija, MM., dalam pernyataannya kepada wartawan beberapa waktu lalu, menginformasikan bahwa pihaknya telah menghadiri acara pertemuan “Rapat Penanganan Dampak El Nino Provinsi Sumatera Utara”. Pernyataan ini diberikan pada hari Senin, 28 Agustus 2023, di ruang kantornya di Damuli Kebun, Kualuh Selatan.
Drh. Sudarija menyampaikan bahwa pihaknya telah mengikuti pertemuan Rapat Penanganan Dampak El Nino Provinsi Sumatera Utara di Aula Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Holtikultura Provinsi Sumatera Utara pada hari Kamis, 24 Agustus 2023.
“Dalam hubungannya dengan surat undangan dari Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Holtikultura Provinsi Sumatera Utara, sesuai dengan surat Nomor: 521.2/150.05/TP/VIII/2022, tanggal 23 Agustus 2023, kami menghadiri acara rapat tersebut,” ujarnya.
Drh. Sudarija menjelaskan lebih lanjut, “Dasar undangan tersebut adalah surat dari Direktur Pengelohan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, dengan Nomor: B. 59/TU.020/C.6/8/2023, tanggal 23 Agustus 2023, yang berkaitan dengan Rapat Koordinasi Gernas El Nino Provinsi Sumatera Utara.”
Beliau juga menjelaskan arti El Nino, dengan mengutip informasi dari BMKG, yang menjelaskan bahwa El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur. Dampaknya adalah potensi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik meningkat, menyebabkan berkurangnya curah hujan di berbagai wilayah, termasuk Indonesia.
Tingkat intensitas El Nino dibagi menjadi tiga kategori:
- Intensitas lemah (0.5 – 1.0)
- Intensitas moderat (1.0 – 2.0)
- Intensitas kuat (lebih dari 2.0)
Fenomena El Nino terjadi ketika Suhu Permukaan Laut (SPL) atau Oceanic Nino Index di wilayah Samudra Pasifik mencapai minimal 3.4 selama 5 bulan berturut-turut.
Drh. Sudarija juga menyebutkan perbedaan antara El Nino dan La Nina. La Nina terjadi ketika Suhu Muka Laut (SML) di Samudra Pasifik bagian tengah lebih dingin dari kondisi normal, yang menyebabkan pertumbuhan awan hujan meningkat dan intensitas hujan meningkat.
Tentang penyebab El Nino, Drh. Sudarija menjelaskan bahwa El Nino memengaruhi curah hujan di Indonesia karena perubahan dalam Sirkulasi Walker (angin pasat) yang berpusat sejajar dengan Garis Khatulistiwa. Ketika El Nino terjadi, Sirkulasi Walker melemah, mengurangi pertumbuhan awan hujan, dan akibatnya menurunkan curah hujan.
Drh. Sudarija juga menggambarkan dampak negatif El Nino, seperti musim kemarau yang kering, kebakaran lahan dan hutan, masalah kesehatan terkait kulit, penyebaran hama, serta penurunan ketersediaan pangan dan air di wilayah yang terdampak. Namun, ia juga menyebutkan bahwa El Nino dapat meningkatkan produksi ikan laut akibat peningkatan suhu permukaan laut.
Dalam konteks ini, Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Utara akan berkolaborasi dengan pemangku kepentingan untuk menghadapi dampak tersebut. Drh. Sudarija juga mengungkapkan bahwa saat ini curah hujan di Kabupaten Labuhanbatu Utara cukup tinggi, mendukung pertanaman terutama di Kecamatan Kualuh Hilir dan Kualuh Leidong, penghasil beras terbesar di wilayah tersebut.(DaM/RaP)