Oleh: Cosmas Busisa Gurning, Warga Dusun Cikampak IA Desa Aek Batu Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Berbicara tentang pemilu, selayaknya sama dengan mencari dan memilih siapa orang yang cocok kita angkat menjadi pemimpin. Baik di bidang birokrasi pemerintahan eksekutif maupun legislatif. Karena idealnya, melalui sosok merekalah suara rakyat dapat diperhatikan untuk kesuksesan pembangunan Bangsa ini.
Diera saat ini untuk menjadi seorang pemimpin sepertinya tidak terlalu sulit apalagi jika calon pemimpin itu telah memiliki nama di masyarakat, harta dan kekuasaan. Namun, untuk mendapatkan pemimpin yang sesuai keinginan hati masyarakat yang amanah, jujur, adil dan berpihak pada kepentingan masyarakat sangatlah sulit.
Sebenarnya inilah yang perlu dipikirkan oleh masyarakat yang akan memilih. Apa dan bagaimana yang kita inginkan? Semua berpulang kepada si pemilih dan yang dipilih. Pemimpin sangat ditentukan oleh kondisi dan tempat dimana dia berada. Sebab jika seorang pemimpin tidak mengenal apa dan bagaimana yang akan dipimpinnya, lantas bagaimana bisa menjalankan roda pemerintahan tersebut. Dan apa kontribusi terhadap konstituen daerah asal pemilihannya.
Sifat amanah bisa saja diperoleh disetiap calon pemimpin, namun sangatlah sulit bagi mereka ketika telah terpilih sebagai pemimpin. Seolah mereka mulai terpesona oleh kedudukan dan kekuasaan sehingga mulai melupakan amanah yang justru menjadi hal terpenting dan akhirnya hanya menjadi janji-janji semata seperti saat mencalonkan diri menjadi pemimpin.
Pemimpin yang hebat, cerdas dan bertanggungjawab sekalipun belum tentu mampu menjalankan amanah yang diembannya, karena sangatlah tidak mudah mengemban amanah begitu banyak orang, dengan berbagai kepentingan.
Akan sangat terlihat mudah mungkin menjanjikan kepada masyarakat atau siapapun yang kita pimpin untuk mengatakan kita mampu menjaga dan menjalankan amanah. Namun akan lebih mudah mungkin ketika pemimpin dalam menjalankan kesemuanya itu didampingi dan didukung oleh stakeholder/orang disekitarnya untuk bekerja sama menjalankannya. Karena sehebat atau setangguh apapun seseorang tidak akan luput dari bantuan orang lain, termasuk keluarga terdekat sebagai orang pertama yang akan mensupport dan mengingatkan ketika pempimpin tersebut mulai keluar dari arah yang ditentukan sehingga berpotensi mengabaikan amanah yang diberikan.
Bercermin pada perhelatan politik episode lalu (2019). Terlalu banyak nakhoda kapal asing yang berlabuh di dermaga Dapil 3 Torgamba A dimana saya turut merasakan sebuah pesta demokrasi yang diselimuti oleh aksi segelintir oknum politisi yang akhirnya tanpa kita sadari mendegradasikan putra putri terbaik daerah ini sendiri. Kiranya momentum ini dapat kita jadikan sebagai pengalaman berharga saat menyongsong pemilu 2024 untuk memilih wakil yang terbaik guna menampung aspirasi daerah ini.
Politik yang sehat itu harus memanusiakan manusia, jangan sampai memberlakukan manusia seperti barang. Seperti penggunaan money politic atau politk uang. Jika cara itu dilakukan, manusia sudah diposisikan sebagai barang yang bisa dibeli.
Politikus yang memberi uang jangan dipilih. Karena dia memperlakukan manusia sebagai alatnya. Seolah-olah barang yang bisa dibeli. Dan masyarakat jangan berharap atau menuntut lebih kepada wakil rakyat, jika suaranya sudah dibeli.
Akhirnya pengalaman mengajari kita untuk memilih pemimpin yang benar-benar dekat dengan kita. Ibarat rumah, tentu si penghuni rumahlah yang lebih paham seperti apa kondisi rumahnya, seluk beluknya, hingga apa saja masalah yang terjadi didalam rumahnya sendiri. Sementara tamu yang hanya datang sebentar, apakah lebih paham kondisi rumah tersebut dibanding si pemilik rumah? Saya harap sampai disini kita semua bisa paham.